skip to main
|
skip to sidebar
SFL blogzzz
ayo tambah pengetahuanmu.
Pages
Beranda
Jumat, 17 Agustus 2012
Hebatnya Orang-Orang Luar Biasa Dari 'Jalanan' Ini
Setiap sudut Bumi ini bisa menjadi 'sekolah' bagi siapa saja yang mau belajar. Tak terkecuali kehidupan di jalanan. Kerasnya jalanan dan kemiskinan justru menjadi 'alat tempat' yang baik bagi beberapa orang.
Orang-orang yang terlahir di tengah keluarga miskin belum tentu akan melanggengkan kemiskinannya. Orang-orang dengan kemauan kuat terbukti bisa lepas dari jerat kemiskinan, dan membuktikan dirinya bisa mendapat pendidikan tinggi yang umumnya didapat mudah kalangan ekonomi mampu. berikut ini adalah kisah orang-orang luar biasa yang hidupnya ditempa dari jalanan di bawah ini :
1. Sunarno, Berawal dari Pemulung
Sunarno lahir di tengah keluarga dengan perekonomian yang sangat pas-pasan. Maka itu dia tidak berani bermimpi tinggi-tinggi. Apalagi orang tuanya hanya sanggup membiayai pendidikan pria kelahiran 5 Agustus 1961 itu hanya hingga lulus SD.
Hidup Sunarno bertambah berat saat dia harus menjadi yatim piatu di usia belasan tahun. Akhirya demi bisa bertahan hidup, dia melakukan pekerjaan apapun dari kota yang satu ke kota yang lain. Demikian ditulis oleh Andrias Harefa dalam buku 'Sukses Tanpa Gelar: Membangkitkan Roh Keberhasilan dalam Diri Anda'.
Setelah berkelana dari kota ke kota, Sunarno memutuskan kembali ke kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah. Di kota itu, Sunarno menjalani pekerjaan sebagai pemulung. Setiap hari dia bergelut dengan tempat sampah di sepanjang jalan demi mendapat barang bekas yang bisa dijual kembali.
Pendapatannya yang hanya sekitar Rp 8 ribu per hari 'memaksa' Sunarno tinggal di daerah kumuh yang dekat dengan tempat pembuangan sampah. Sebagai pemulung, tinggal di dekat tempat pembuangan mungkin suatu berkah. Sebab di tempat pembuangan sampah, biasanya datang truk sampah. Isi truk itu pun menjadi rebutan bagi Sunarno dan rekan-rekan pemulungnya.
Hingga pada 1994, Sunarno berkenalan dengan suatu bisnis multi level marketing (MLM). Bagi pria beranak tiga itu, memulai bisnis MLM susahnya setengah mati. Dia harus bergaul dengan istilah-istilah asing yang sulit dihafal. Namun karena sering mendengar dan melihat, dia pun terbiasa.
Bergelut di dunia MLM pun tidak mudah. Kadang Sunarno bahkan mendapat cacian. Namun justru hal itulah yang menjadi pelecut dirinya untuk maju. Apalagi baginya, orang yang gagal adalah orang yang tidak mau menghadapi tantangan. Dan dia tidak mau menjadi orang gagal.
Hidup memang seperti roller coaster. Setelah lama berada di bawah, akhirnya kehidupan Sunarno merangkak naik. Dalam tempo 27 bulan, dia menjadi Senior Network Director yang merupakan peringkat tertinggi. Sebagai upah, dia mendapat penghasilan Rp 15 juta per bulan, sepeda motor, mobil, maupun rumah. Liburan di luar negeri yang dulu tak pernah diimpikannya bahkan kini dia bisa mencicipinya.
Bagi dia, hidup itu sebenarnya sederhana. Manusia harus punya cita-cita untuk sukses di sejumlah bidang. Selain itu, saat berusaha seseorang juga harus yakin. Sebab dengan memiliki keyakinan, halangan sebanyak apapun bisa ditaklukan.
2. Curt Degerman, Pemulung yang Jutawan
Pekerjaan Curt Degerman adalah pemulung. Tapi siapa sangka di balik pekerjaan sederhananya itu, dia menyimpan kekayaan yang tidak sedikit. Ya, Curt merupakan seorang pemulung yang jutawan.
Selama 40 tahun, Curt dikenal sebagai gelandangan yang bekerja memungut kaleng untung didaur ulang. Tak heran dia dipanggil Tin-Can-Curt alias Curt si pemungut kaleng. Namun ternyata pria asal Skelleftea, sebelah utara Swedia, ini memiliki kekayaan mencapai 1 juta poundsterling.
Dari mana kekayaan Curt? Rupanya dia mengumpulkan sebagian uang hasil menjual rongsokan untuk membeli saham. Dari situlah tumpukan kekayaan Curt berasal.
Meski punya uang banyak, tapi Curt kerap makan dari sisa makanan yang didapatnya dari tempat sampah. Penampilannya pun jauh dari seorang jutawan. Dia sering tampil dengan jaket birunya yang kotor. Namun di balik sikap ngiritnya itu, dia adalah pria yang secara teratur mempelajari koran keuangan di perpustakaan umum di kotanya.
Mungkin keluarganya tidak akan pernah tahu kalau kakek 60 tahun itu seorang jutawan jika Curt tidak meninggal. Setelah Curt meninggal karena serangan jantung, keluarganya mengetahui pria itu meninggalkan saham senilai 731.000 poundsterling di rekening bank Swiss. Tak hanya itu, dia juga meninggalkan emas batangan senilai 250.000 poundsterling dan uang sebesar 275 poundsterling. Demikian dilansir dailymail pada 31 Maret 2010 silam.
Menurut keluarganya, Curt adalah orang yang cerdas kendati putus sekolah. Dia juga dikenal sebagai orang yang eksentrik.
Curt mewariskan semua kekayaannya kepada sepupunya yang dengan setia mengunjunginya selama berbulan-bulan sebelum dia meninggal. Tapi sepupunya yang lain yakin bahwa ayahnya juga berhak atas sebagian harta Curt.
Berdasar hukum Swedia yang mengatur tentang warisan, paman yang namanya belum diumumkan kepada publik (sebagai penerima warisan), mempunyai hak secara hukum untuk mewarisi kekayaan keponakannya. Masalah itu akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. Kedua sepupu Curt pun setuju untuk membagi warisan itu.
3. Liz Muray, Gelandangan Menuju Harvard
Elizabeth 'Liz' Murray adalah jebolan Universitas Harvard, AS. Bagi perempuan ini, kuliah di universitas yang terkenal itu bukanlah perkara mudah. Bagaimana tidak, dia adalah seorang gelandangan, yang bahkan untuk makan sehari-hari saja sulit.
Liz dilahirkan di New York, AS, dari orang tua pencandu narkoba. Saat punya uang, orang tuanya memilih membelanjakannya untuk kokain dan heroin. Padahal saat itu, Liz dan adik perempuannya tengah kelaparan. Terpaksa, kakak beradik itu makan es batu, karena bagi mereka makan es batu rasanya seperti sedang makan.
Menurut Liz, kedua orang tuanya adalah orang yang cerdas namun tidak pandai mengasuh anak karena ketergantungan pada obat dan akibat kemiskinan yang menderanya. Liz ingat ibunya mencuri uang ulang tahunnya, menjual televisi, maupun kalkun yang diberikan gereja saat perayaan Thanksgiving, hanya demi kokain.
Di sekolah, Liz kerap di-bully teman-temannya karena bau dan kumal. Demikian dikutip dari Guardian, 26 September 2010.
Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, namun Liz sangat menyayangi keluarganya. 'Mantra' dari ibunya pun dia hafal benar, 'suatu hari hidup akan menjadi lebih baik'. Kalimat itu selalu diucapkan sang ibu saat muntah sepanjang hari dan dirawat oleh putrinya.
Saat Liz berusia 15 tahun, sang ibu meninggal akibat HIV/AIDS. Jenazahnya dimakamkan dengan peti mati yang merupakan hasil sumbangan.
Tak lama, sang ayah tidak mampu membayar kontrakan sehingga harus pindah ke rumah penampungan tunawisma. Liz pun tinggal di jalanan. Dia kerap tidur di dekat kereta bawah tanah atau di bangku taman. Saat itu, Liz kecil beberapa kali mencuri makan karena perutnya begitu kelaparan. Dia pun beberapa kali mencuri buku sebagai bahan bacaan.
Awalnya Liz melihat dirinya sebagai pemberontak, namun 'mantra' sang ibu kembali terngiang. Dia pun ingin memperbaiki hidupnya. Apalagi bila ingat ibunya meninggal tanpa meraih mimpinya, dia pun tidak ingin mengalami nasib serupa.
Meski hidup di jalanan kota New York, Liz tetap berniat untuk melanjutkan sekolahnya di SMA dan sekaligus menghidupi adiknya. Dibanding siswa-siswi yang lain, Liz memang lebih lambat memulai pendidikan sekolah menengahnya. Meski begitu dia mampu menyelesaikan sekolahnya dalam dua tahun. Saat sekolah, Liz mengambil kelas malam, dan menghabiskan waktu siangnya untuk bekerja.
Kemudian perempuan kelahiran 1980 ini mendengar kabar ada beasiswa bagi siswa miskin. Beruntung, dia lulus ujian dan diterima sebagai mahasiswi Universitas Harvard pada tahun 2000. Namun pada 2003, dia terpaksa pindah ke Columbia University di New York agar bisa merawat ayahnya yang sakit.
Sang ayah kemudian meninggal pada 2006 karena AIDS. Setelah itu, Liz memutuskan kembali ke Harvard untuk menyelesaikan kuliahnya. Akhirnya dia lulus pada 2009 menggondol gelar sarjana di bidang psikologi.
Oprah Winfrey memberinya penghargaan Chutzpah dan Liz bisa bertemu Bill Clinton. Dia juga berkesempatan berbicara dengan sejumlah tokoh seperti Tony Blair, Mikhail Gorbachev dan Dalai Lama.
Karena punya pengalaman buruk hidup dengan keluarga yang punya ketergantungan pada narkoba, Liz pun mengimbau agar para remaja menjauhi obat-obatan terlarang itu. Dia juga mendorong agar para remaja tidak menjadikan kesulitan di masa kecil sebagai alasan untuk tidak maju. Liz membuktikan pada dunia bahwa seorang gelandangan seperti dia, bisa meninggalkan kehidupan pahit di jalanan asal punya keinginan kuat dan komitmen.
Kini Liz Murray dikenal sebagai pembicara profesional. Bahkan kisah hidupnya pernah difilmkan, 'Homeless to Harvard: The Liz Murray Story'.
4. Ni Wayan Mertayani, Pemulung Berbakat Fotografer
Ni Wayan Mertayani lahir dalam kesederhanaan yang kental. Sembari bersekolah, siswi SMP asal Bali ini harus membantu ibunya berjualan asongan. Dia pun kerap mencari barang rongsokan.
Tapi siapa sangka aktivitasnya berjualan asongan dan memungut rongsokan justru akan memberikan kisah manis di hidupnya. Aktivitasnya itu mengenalkan Mertayani pada beberapa wisatawan yang singgah ke Bali. Salah satu wisatawan bahkan berkenan meminjaminya kamera dan mengajarkan bagaimana cara mengoperasikannya.
Setelah melihat beberapa hasil bidikan Mertayani, sang turis menyarankan dia agar ikut lomba Fotografi Internasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Anne Frank, Belanda. 15 Foto hasil jepretan gadis 14 tahun dikirim. Rupanya salah satu karyanya keluar menjadi pemenang tahun 2009.
Foto jepretan Mertayani menggambarkan seekor ayam yang sedang nangkring di atas pohon. Menurut dia, ayam itu mirip dirinya yang akan merasa panas saat kepanasan dan hujan saat kehujanan. Maklum, sehari-hari dia bersama ibu dan adiknya tinggal di sebuah gubuk bambu yang teramat sederhana. Di gubuk itu hanya ada satu kasur untuk mereka bertiga.
Terkadang orang-orang menjadikan keterbatasan ekonomi seseorang sebagai bahan olok-olokan. Itu pula yang sering dialami Mertayani. Namun dia tidak mau terlalu ambil pusing apa kata orang. Baginya, yang penting dirinya tidak mencuri.
Hidupnya mungkin tidak semudah anak-anak lain yang lebih beruntung. Dia bahkan terancam putus sekolah karena keterbatasan ekonomi keluarganya, Namun Mertayani tidak takut bermimpi. Setelah membaca 'The Diary of Anne Frank', dia terinspirasi untuk menjadi jurnalis. Melalui fotonya, dia ingin memberi tahu dunia, bagaimana rasanya menjadi orang miskin.
"Saya harap cerita saya bisa membantu yang lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Saya harap dengan jadi jurnalis saya juga bisa dapat uang untuk mewujudkan mimpi saya, membangun tempat yang menyenangkan bagi kami," ucap Mertayani
.
5. Chris Gardner, dari Gelandangan Jadi Jutawan Besar
"Ingatlah, mereka itu juga manusia. Mereka bukan tak terlihat. Masing-masing dari mereka punya cerita." Itulah pesan Chris Gardner dalam melihat para gelandangan.
Ya, jutawan besar ini tahu benar soal gelandangan, karena selama beberapa waktu dia pernah merasakan sulitnya hidup tanpa tempat tinggal. Dia hafal benar kerasnya malam jika tidur hanya dengan beralas koran dan beratap langit.
Itu kisah Chris dulu, sebelum akhirnya menjadi jutawan besar karena menjadi pialang saham. Bahkan kisah hidupnya menginspirsi pembuatan film 'Pursuit of Happyness'.
Pada 1980, Gardner bekerja sebagai sales scanner tulang (Bone Density Scanner) portable. Dia bahkan menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk membeli franchise alat tersebut. Namun karena harganya dinilai terlalu mahal, alat tersebut kurang laku di pasaran. Karena tak mampu membayar sewa rumah dan tagihan, sang istri meninggalkan dia dan anak laki-laki mereka.
Dia akhirnya memutuskan akan bekerja sebagai pialang saham. Dia pun bekerja tanpa dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds, yang menjanjikan pekerjaan bagi peserta magang terbaik.
Karena tak lagi sanggup membayar sewa rumah, Gardner dan anak laki-lakinya diusir. Mereka pun hidup menggelandang. Jika beruntung, mereka tidur di rumah singgah Glide Memorial Chruch. Tapi jika tidak dapat tempat di rumah singgah, mereka terpaksa meringkuk di kamar mandi terkunci di stasiun kereta bawah tanah Oakland.
Hal inilah yang membuat Gardner semakin terpacu untuk berusaha keras keluar dari himpitan kemiskinan. Hinga akhirnya dia menjadi satu-satunya peserta pelatihan yang dipilih untuk posisi permanen oleh Dean Witter Reynolds. Bahkan dia kemudian berhasil mendirikan perusahaan pialang sendiri dan dikenal sebagai jutawan besar.
http://entrepreneurship.lintas.me/go/mesammesem.com/hebatnya-orang-orang-luar-biasa-dari-jalanan-ini/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Daftar Blog teman
Andre Putra Nugraha Blog
11 tahun yang lalu
Apa Kabar Dunia
1 tahun yang lalu
BERITA IPTEK,HOT HEBOH
11 tahun yang lalu
Blogger Jambi Untuk Jambi
budiman blogzzz
13 tahun yang lalu
Haxims
10 tahun yang lalu
Rafif blogzzz
10 tahun yang lalu
Cari artikel di Blog Ini
Labels
film
(29)
lucu
(51)
misteri
(46)
musik
(34)
pelajaran
(70)
postingan berangka banyak
(97)
teknologi
(51)
wow.. amazing
(134)
daftar postingan
►
2013
(27)
►
Oktober
(5)
►
Juli
(2)
►
Juni
(6)
►
Mei
(7)
►
Maret
(7)
▼
2012
(95)
►
Desember
(8)
►
November
(3)
►
September
(6)
▼
Agustus
(5)
Keganjilan Yang Ada Pada Bundaran HI
Konsep Ponsel Paling Gila
Walikota Spanyol Merampok untuk Rakyatnya yang Mis...
13 Huruf Abjad Bahasa Indonesia akan Dihilangkan
Hebatnya Orang-Orang Luar Biasa Dari 'Jalanan' Ini
►
Juli
(3)
►
Juni
(7)
►
Mei
(7)
►
April
(5)
►
Maret
(22)
►
Februari
(12)
►
Januari
(17)
►
2011
(290)
►
Desember
(9)
►
November
(6)
►
Oktober
(5)
►
September
(13)
►
Agustus
(1)
►
Juli
(5)
►
Juni
(19)
►
Mei
(19)
►
April
(70)
►
Maret
(71)
►
Februari
(51)
►
Januari
(21)
►
2010
(17)
►
Desember
(7)
►
November
(7)
►
Oktober
(3)
Entri Populer
Pen spinning, seni memutar pena (II) (tutorial)
kumpulan gambar cosplay naruto.
Mengapa Warna Mata Berbeda-beda?
Pen spinning, seni memutar pena (I)
101 SIHIR Kata Yang Akan Mengubah Hidup Agan 187 Derajat (kata bijak)
GUNUNG TOBA
Pengikut
bagaimana pendapat anda tentang blog saya?
Total Tayangan Halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar